Dalam dunia Biologi dan pertanian dikenal istilah greenhouse (rumah
hijau) yang berarti sebuah rumah yang dinding dan atapnya dibuat dari
kaca atau plastik. Dari sinilah mucul istilah dalam bahasa Indonesia
yaitu rumah kaca. Padahal greenhouse tidak harus dibuat dari kaca.
Bahkan ada versi paling murah yang digunakan di sekolah-sekolah di
Indonesia menggunakan rangka pipa aluminium, plastik untuk atapnya, dan
kasa anti nyamuk untuk dindingnya.
Greenhouse digunakan untuk pengembangbiakan tumbuhan baik untuk
tujuan riset ataupun intensifikasi pertanian. Di negara-negara yang
lahan pertaniannya terbatas, seperti Jepang, greenhouse ini benar-benar
digunakan untuk menyuplai kebutuhan pangan di negara itu. Karena meski
lahan sangat terbatas, secara kuantitas hasil panen greenhouse bisa
melebih hasil panen kebun konvensional dengan luas lahan yang sama.
Umumnya, budidaya tanaman di dalam greenhouse menggunakan metode
hydroponics dan aeroponics, tidak lagi menggunakan media tanah untuk
menanam.
Sebuah greenhouse yang canggih memiliki fasilitas rekayasa cuaca. Di
dalamnya, berbagai besaran-besaran fisis cuaca bisa diatur, di
antaranya: suhu udara, kelembaban, intensitas cahaya matahari, durasi
penyinaran, sirkulasi udara, kecepatan dan arah angin, dan sebagainya.
Sehingga greenhouse tersebut tahan cuaca, artinya tidak bergantung pada
cuaca lingkungannya. Bahkan sekarang ini ilmuwan sudah bisa
“menghidupkan” serangga-serangga tertentu di dalam greenhouse. Terutama
serangga yang berperan dalam reproduksi tumbuhan seperti: semut, lebah,
dan kupu-kupu.
1. Greenhouse
Dalam dunia Biologi dan pertanian dikenal istilah greenhouse (rumah
hijau) yang berarti sebuah rumah yang dinding dan atapnya dibuat dari
kaca atau plastik. Dari sinilah mucul istilah dalam bahasa Indonesia
yaitu rumah kaca. Padahal greenhouse tidak harus dibuat dari kaca.
Bahkan ada versi paling murah yang digunakan di sekolah-sekolah di
Indonesia menggunakan rangka pipa aluminium, plastik untuk atapnya, dan
kasa anti nyamuk untuk dindingnya.
Greenhouse digunakan untuk pengembangbiakan tumbuhan baik untuk
tujuan riset ataupun intensifikasi pertanian. Di negara-negara yang
lahan pertaniannya terbatas, seperti Jepang, greenhouse ini benar-benar
digunakan untuk menyuplai kebutuhan pangan di negara itu. Karena meski
lahan sangat terbatas, secara kuantitas hasil panen greenhouse bisa
melebih hasil panen kebun konvensional dengan luas lahan yang sama.
Umumnya, budidaya tanaman di dalam greenhouse menggunakan metode
hydroponics dan aeroponics, tidak lagi menggunakan media tanah untuk
menanam.
Sebuah greenhouse yang canggih memiliki fasilitas rekayasa cuaca. Di
dalamnya, berbagai besaran-besaran fisis cuaca bisa diatur, di
antaranya: suhu udara, kelembaban, intensitas cahaya matahari, durasi
penyinaran, sirkulasi udara, kecepatan dan arah angin, dan sebagainya.
Sehingga greenhouse tersebut tahan cuaca, artinya tidak bergantung pada
cuaca lingkungannya. Bahkan sekarang ini ilmuwan sudah bisa
“menghidupkan” serangga-serangga tertentu di dalam greenhouse. Terutama
serangga yang berperan dalam reproduksi tumbuhan seperti: semut, lebah,
dan kupu-kupu.
2. Greenhouse Effect
Matahari meradiasikan cahaya dengan berbagai panjang gelombang, yang
disebut sebagai spektrum matahari (solar spectrum), ke bumi, yaitu:
cahaya tampak (Me-Ji-Ku-Hi-Bi-Ni-U), cahaya infra merah, cahaya ultra
violet, sinar X, dan sinar γ (gamma). Seperti kita ketahui, cahaya infra
merah adalah perwujudan dari kalor (panas) yang dipindahkan secara
radiasi.
Ketika cahaya matahari mencapai atmosfer, sinar X dan sinar γ
dipantulkan kembali ke angkasa oleh awan dan partikel atmosfer yang
terluar. Selanjutnya lapisan ozone (ketinggian 19 – 48 km) menyerap
sebagian besar cahaya ultra voilet. Hanya sedikit ultra violet yang
lewat dan cukup untuk photosynthesis serta pembentukan vitamin D pada
kulit manusia. Sebagian yang berupa cahaya tampak dan cahaya infra merah
diserap oleh bumi dan segala makhluk di atasnya. Sedangkan sisa radiasi
infra merah dipantulkan kembali ke atmosfer.
Cahaya infra merah yang dipantulkan bumi ke atmosfer diserap oleh
gas-gas rumah kaca yang secara alamiah sudah ada di sana, yaitu: karbon
dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (NOx), dan uap air.
Lapisan gas rumah kaca ini menciptakan kesetimbangan energi antara
permukaan bumi, atmosfer, dan ruang angkasa. Kesetimbangan ini penting
untuk mempertahankan kestabilan iklim bumi secara global.
Sekarang, bayangkan kita berada di dalam sebuah rumah kaca yang
tertutup rapat. Cahaya matahari yang menembus kaca kemudian terpisahkan
menjadi beberapa panjang gelombang (dispersi), di antaranya infra merah.
Cahaya-cahaya tadi kemudian berinteraksi dengan semua benda atau materi
yang dilaluinya. Sebagian diserap sementara sebagian lainnya
dipantulkan kembali ke dinding kaca. Sayangnya, cahaya infra merah yang
masih tersisa ini tidak memiliki cukup energi (karena panjang
gelombangnya besar, frekuensinya kecil) untuk menembus dinding kaca.
Akibatnya, ia terperangkap di dalam rumah kaca tersebut dan
mengakibatkan suhu di dalamnya meningkat.
Greenhouse effect (efek rumah kaca, Indonesia) prinsipnya sama
seperti uraian tadi. Hanya saja sekarang yang menjadi “kaca” adalah
gas-gas yang dijuluki sebagai gas rumah kaca tadi. Gas-gas ini (yang
secara alamiah sudah ada) semakin terakumulasi di atmosfer pada
ketinggian lebih dari 100 km di atas bumi akibat produksi gas-gas rumah
kaca yang berlebihan. Dampaknya, panas yang terperangkap ini menyebabkan
suhu di permukaan bumi meningkat. Fenomena ini dikenal sebagai global
warming (pemanasan global) yang bertanggung jawab atas: perubahan cuaca,
mencairnya es dan glacier di kutub, naiknya permukaan air laut,
gangguan siklus hewan dan tumbuhan, serta munculnya berbagai penyakit
pada manusia.
3. Photosynthesis serta Hubungan Harmonis antara Tumbuhan, Manusia, dan Hewan
Photosynthesis adalah proses yang dilakukan oleh tumbuhan hijau (dan
organisme tertentu lainnya) untuk mengubah gas karbondioksida (CO2) dan
air menjadi gula sederhana (glukosa, C6H12O6) dengan bantuan cahaya
ultraviolet dari matahari. Gula itu menjadi zat (dan cadangan) makanan
bagi tumbuhan.
Subhanallah, sesungguhnya ALLAH telah menata segala sesuatunya dengan sangat sempurna sesuai kadarnya.
Di siang hari, manusia dan hewan beraktivitas membutuhkan banyak
suplai gas oksigen (O2) untuk mengubah zat makanan menjadi energi.
Proses metabolisme manusia dan hewan itu menghasilkan produk sampingan
berupa gas CO2. Sementara itu gas CO2 dibutuhkan oleh tumbuhan untuk
photosynthesis. Sedangkan photosynthesis sendiri, selain menghasilkan
glukosa juga melepaskan produk sampingan berupa gas O2. Indah sekali
bukan? Jadi, gas CO2 dari manusia dan hewan dibutuhkan tumbuhan. Gas O2
dari tumbuhan dibutuhkan manusia dan hewan.
ALLAH menutupi siang dengan malam agar manusia dan hewan
beristirahat, sehingga tidak banyak membutuhkan gas O2. Karena pada
malam hari tumbuhan tidak ber-photosynthesis. Sebaliknya pada malam hari
tumbuhan melakukan respirasi yang juga menyerap gas O2.
Jika hubungan harmonis ini dapat berjalan secara seimbang, maka bumi
ini akan baik-baik saja. Seimbang dalam pengertian kuantitas artinya,
jika jumlah manusia dan hewan semakin banyak, maka (logikanya) jumlah
tumbuhannya juga harus semakin banyak agar tetap seimbang.
4. Ketidakseimbangan Alam dan Produksi Gas Rumah Kaca
Na’udzubillah min dzalik…
Pada kenyataannya, manusia sebagai makhluk yang diberi kepercayaan
oleh ALLAH untuk merawat bumi ini tidak sanggup mempertahankan
keseimbangan alam. Populasi manusia yang terus bertambah menyebabkan
konsumsi pangan dan kebutuhan tempat tinggal meningkat. Hutan-hutan
dibabat (deforestation) untuk dijadikan lahan-lahan pertanian dan
perumahan, serta diambil kayunya untuk industri material dan kertas. Di
sinilah mulai terjadi ketidakseimbangan. Jumlah manusia bertambah,
sedangkan jumlah tumbuhan justru berkurang. Semakin banyak manusia
berarti semakin banyak CO2 yang dilepaskan dan semakin banyak pula O2
yang dibutuhkan. Sementara itu di saat yang sama, populasi tumbuhan
(hutan) malah berkurang. Akibatnya, penyerapan CO2 turut berkurang serta
produksi O2 juga berkurang. Ketidakseimbangan populasi manusia, hewan,
dan tumbuhan telah menyebabkan penumpukan CO2 dalam jumlah besar.
Ternyata ini saja masih belum cukup.
Dimulai sejak jaman revolusi industri, dimana tenaga manusia dan
hewan digantikan oleh mesin-mesin yang awalnya digerakkan oleh uap yang
diperoleh dari pembakaran batubara. Kemudian ditemukannya sumur-sumur
minyak bumi baik di darat maupun di lautan. Dimulailah era bahan bakar
fosil. Hingga saat ini, hampir seluruh kebutuhan energi manusia, mulai
dari mesin-mesin industri, pembangkit energi listrik, dan transportasi,
masih disuplai oleh bahan bakar fosil, yaitu: bensin, solar, avtur,
minyak tanah, dan sebagainya.
Masalahnya adalah, sisa-sisa dari pembakaran bahan bakar fosil
tersebut menyumbang begitu banyak gas-gas pencemar yang di antaranya
adalah gas-gas rumah kaca (CO2 dan NOx). Jadi, ketidakseimbangan
populasi makhluk hidup seperti yang dipaparkan sebelumnya, semakin
diperparah dengan tambahan gas-gas rumah kaca dari hasil pembakaran
bahan bakar fosil. Bisa bayangkan berapa banyak pabrik, kendaraan, dan
pembangkit energi listrik di seluruh dunia???
5. The Ozone Layer Depletion
Ozone, dalam bahasa Yunani ozein yang artinya membau, adalah gas yang
sangat beracun dan berbahaya serta berbau menyengat. Ozone adalah
molekul triatomik yang terdiri dari tiga buah atom oksigen (O3). Di
permukaan bumi, ozone dianggap sebagai polutan. Selain beracun dan
berbahaya, ozone juga berbahaya bagi kesehatan di antaranya memicu asma
dan bronkhitis. Secara kimia ozone sangat reaktif dan bisa merusak
bahan-bahan karet dan plastik.
Ozone terbentuk dari oksigen diatomik biasa (O2) yang terekspos
loncatan muatan listrik. Di alam, ozone terbentuk ketika terjadi petir.
Jadi, bersyukurlah jika ada petir karena itu artinya ALLAH sedang
memperbaiki lapisan ozone yang sudah kita rusak. Ozone juga berguna
untuk memurnikan air, mensterilkan udara, dan memutihkan bahan-bahan
makanan tertentu.
Namun di atmosfer, lapisan ozone berperan vital sebagai penyaring
(filter) cahaya ultra violet yang diradiasikan matahari. Sehingga hanya
sedikit saja (namun cukup) ultra violet yang mencapai permukaan bumi.
Kerusakan lapisan ozone menyebabkan kadar ultra violet yang lolos ke
bumi berlebihan. Ultra violet yang berlebihan terbukti dapat memicu
kanker kulit dan katarak serta dapat membunuh jenis-jenis tumbuhan dan
plankton tertentu. Semakin banyak tumbuhan yang mati, ujung-ujungnya
kembali ke global warming yang dijelaskan sebelumnya. Sedangkan punahnya
plankton dapat merusak jejaring makanan di lautan, ketidakseimbangan
alam.
Para ilmuwan menemukan penyebab utama rusaknya lapisan ozone adalah
kebocoran gas Chlorofluorocarbons (CFC) yang digunakan sebagai pendingin
pada kulkas dan AC serta gas pendorong pada produk-produk semprot
(aerosol) seperti parfum dan cat semprot. Diperkirakan, 1 unit molekul
CFC dapat merusak 100.000 unit molekul ozone. Selain CFC, penggunaan
pupuk kimia yang mengandung NOx secara berlebihan juga dapat memicu
kerusakan ozone. Sebagai gantinya, sekarang sudah ada
Hydrochlorofluorocarbons (HCFC) yang lebih ramah terhadap ozone.
Jadi, jika kamu ingin berkontribusi dalam mencegah rusaknya ozone,
pastikan kulkas dan AC yang dibeli ortumu bertuliskan: non CFC atau CFC
free, atau sebaiknya tidak usah menggunakan AC sama sekali. Lagipula
sekarang kan jamannya hemat energi. Selain itu, minimalkan penggunaan
aerosol seperti parfum (dalam kemasan tabung), cat semprot, dan berbagai
produk kecantikan yang disemprot lainnya.
Jadi kesimpulannya:
§ Greenhouse effect disebabkan oleh terakumulasinya gas-gas rumah
kaca (CO2, CH4, dan NOx) di atmosfer bumi sehingga menghalangi cahaya
infra merah (panas) untuk lepas ke ruang angkasa yang mengkibatkan
peningkatan suhu bumi secara global (global warming). Akumulasi gas-gas
rumah kaca bersumber dari pembakaran bahan bakar fosil secara
besar-besaran untuk keperluan industri, pembangkitan energi listrik, dan
transportasi, serta diperparah oleh penggundulan hutan (deforestation)
untuk pembukaan lahan pertanian dan perumahan, serta bahan baku industri
material dan kertas. Greenhouse effect tidak disebabkan oleh
gedung-gedung pencakar langit yang dindingnya menggunakan kaca.
§ Greenhouse adalah rumah yang dibangun dari kaca atau plastik untuk
pengembangbiakan tumbuh-tumbuhan baik untuk keperluan riset maupun
intensifikasi pertanian.